Rohis Nurul Fata SMKN 1 Cianjur


Bangunlah Generasi Rebahan

Mengapa Pemuda Zaman Now Jadi Generasi Rebahan?
Generasi rebahan, seringkah kamu mendengar istilah tersebut? Istilah generasi rebahan biasanya ditujukan kepada anak muda yang sering menghabiskan waktu luangnya dengan tiduran sambil memainkan gadget-nya. Tidak memiliki kesibukan dan kesehariannya hanya berselancar di dunia maya. Salahkah? Tentu banyak sekali yang pro dan kontra mengenai hal ini.

Namun, pernahkah sahabat berpikir mengapa anak muda di zaman sekarang gemar sekali menghabiskan waktu yang tidak berguna dan cenderung loyo dalam mencari ilmu pengetahuan? Tentu berbeda sekali dengan pemuda yang lahir di zaman Rasulullah. Contohnya kisah pemuda yang dijelaskan dalam surah Al-Kahfi.

Alkisah, yakni terdapat beberapa pemuda yang hidup di masa pemimpinnya seorang yang zalim. Para pemuda kemudian menentang pemimpinnya dan melarikan diri hingga masuk ke dalam gua dan menetap di sana.
Ilustrasi

Lalu apa yang terjadi? Allah menidurkan para pemuda Ashabul Kahfi dalam gua dan membangunkannya setelah masa kepemimpinan jatuh pada orang beriman. Allah memujinya karena keteguhan akidahnya seperti firman Allah dalam surah Al- Kahfi ([18 ] : 13) yakni, “sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.”

Dikutip dari hidayatullah.com, terdapat dua faktor yang membedakan pemuda muslim masa lalu dan pemuda muslim masa kini, yakni hedonisme dan lunturnya rasa cinta pada ajaran Islam (lebih detail lagi mempersoalkan akidah pemuda muslim masa kini).

Teringat sepenggalan Surat Al-Ahzab:21, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS Al-Ahzab : 21).

Urgensi keteladanan dan akhlak dikuatkan oleh hadis dari Aishah RA, “Akhlak beliau (Rasullullah) adalah Alquran.” (HR Dawud dan Muslim).

Untuk menjawab pertanyaan mengapa pemuda zaman now disebut generasi rebahan, karena kurangnya rasa cinta terhadap ajaran Islam. Solusinya? Tentu membaca Alquran setiap harinya, bahkan pada waktu senggangnya. Bagaimana cara menumbuhkan rasa cinta pemuda generasi rebahan terhadap Alquran?

Niat

Bersungguh-sungguh dalam hati untuk mendekatkan diri pada Allah SWT melalui Alquran.

Biasakan Diri Dengarkan Murottal dan Baca Alquran Setiap Hari

Tanamkan tekad dalam hati untuk membaca Alquran setiap hari untuk mendisiplinkan diri, seperti bisa dengan program satu hari satu halaman, satu juz. Lambat laun kedisiplinan itu akan membentuk kebiasaan membaca Alquran.

Tadabur dan Hafal Alquran

Internalisasi pemahaman ayat Alquran dengan membaca, menghafal, menghayati ayat per ayat. Dengan rajin menghadiri majelis-majelis ilmu memperkaya ilmu agama.

Amalkan Isi Alquran

Wajib hukumnya setiap muslim mentaati hukum Alquran. Implementasi ayat Alquran dengan merujuk pada tafsir ulama pada konteks pemaknaan ayat yang mutasyabihat. Namun kalau makna ayat jelas muhkamat bisa dilaksanakan isi kandungannya.


Puisi Untuk Rasul Ku

Teruntuk Rasul Ku

Begitu banyak sejarah tentangmu
Begitu haru tangismu untuk ummat
Namun nyatanya ummatmu banyak yang melupakanmu
Bahkan dengan apa yang kau ajarkan.

Ya rasulullah
Aku Rindu padamu
Andai bisa bertemu
Berada di barisan Mujahid yang gagah
Mengikuti setiap langkah yang Lillah

Ya rasulullah
Ingin diri ini mengadu
Tak tahan hati menangis tersedu
Melihat ummatmu yang telah melupakanmu

 Ya Rasulullah
Sholawat ini teruntuk dirimu
Harapku terbuka pintu Syafa'at
Harapku mendapatkan Syafa'at
Harapku bisa berkumpul dan bertemu denganmu

Created by : Ista Harry

Mengenal Nabi Syits

Pernah dengar kisah mengenai Nabi Syits? Mungkin dari beberapa orang ada yang belum mengetahui siapa itu Nabi Syits, berikut kisah yang bisa menggambarkan sejarah dari kelahiran Nabi Syits as.

Setelah peristiwa pembunuhan Habil yang dilakukan Qabil, Nabi Adam as dirundung duka. Nabi Adam sangat sedih karena kehilangan Habil yang baik. Allah SWT tidak membiarkan kesedihan Nabi Adam berlarut-larut. Allah mengaruniakan seorang anak yang saleh bernama Syits.

Nabi Syits, lahir tunggal karena, seluruh putra Nabi Adam terlahir kembar. Beliau memiliki wajah yang mirip dengan nabi Adam. Oleh Allah SWT, Syits diangkat menjadi nabi karena mempunyai kebijaksanaan terhebat dalam sepanjang masa.

Nabi Syits hidup sekitar tahun 3630 sampai 2718 sebelum masehi, berbeda dengan manusia saat ini yang berumur paling lama 100 tahunan, nabi syits hidup sekitar 912 tahun, meninggal pada usia 1042 tahun. Istri Nabi Syits bernama Azura (hazurah), dari pernikahannya dengan Azura pada usia ke 105 tahun, lahirlah seorang anak bernama enos. Ia juga merupakan guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan membaca dan menulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan lain-lain

Sebelum meninggal, Nabi Adam telah berwasiat kepada Syits untuk menjalankan perintah Allah setelah Nabi Adam meninggal. wasiat Nabi Adam di antaranya,

yang pertama, Janganlah kamu merasa tenang dan aman hidup di dunia. Karena aku merasa tenang hidup di surga yang bersifat abadi, ternyata aku dikeluarkan oleh Allah daripadanya.

yang kedua, Janganlah kamu bertindak menurut kemauan hawa istri-istri kamu. Karena aku bertindak menurut kesenangan hawa istriku, sehingga aku memakan pohon terlarang, lalu aku menjadi menyesal.

yang ketiga, Setiap perbuatan yang kamu lakukan, renungkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkan. Seandainya aku merenungkan akibat suatu perkara, tentu aku tidak tertimpa musibah seperti ini.

yang keempat, Ketika hati kamu merasakan kegamangan akan sesuatu, maka tinggalkanlah ia. Karena ketika aku hendak makan syajarah, hatiku) merasa gamang, tetapi aku tidak menghiraukannya, sehingga aku benar-benar menemui penyesalan.

Yang kelima, Bermusyawarahlah mengenai suatu perkara, karena seandainya aku bermusyawarah dengan para malaikat, tentu aku tidak akan tertimpa musibah.

Allah menurunkan suhuf atau lembaran-lembaran yang berisi panduan dan ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan keperluan zaman tersebut. Abu Dzar Al-Ghifari mengisahkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa Allah menurunkan seratus empat suhuf dan lima puluh suhuf di antaranya diturunkan kepada Nabi Syits ‘alaihi sallam.

Nabi Syits melaksanakan perintah Allah SWT. Ia mengatur masyarakat sehingga mereka berada di jalan yang lurus. Nabi Syits menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa pandang bulu. Ia juga tidak berbuat zalim.

Editor by : @salsabilanf.3

Kepengurusan Rohis Nurul Fata Tahun 2018-2019

02 Des, 2018

Berdasarkan hasil sertijab kepengurusan yang tahun ajaran baru, maka diketahui bahwa Kepengurusan Rohis Nurul Fata yang baru diantaranya :

Pembina                  : Syarif Hidayat, S. Ag
Pembimbing           : Lina Zakiah, S. Pd. I
                                    Dikdik Djuanda, S. Pd. I, M. M. Pd
                                    Maria Nurma'rifa, S. Pd. I
Katua Rohis            : Muhammad Yusup Hamdani
Wk Ketua                : Ridwan Nur Hasan
Sekreraris               : Meliani
Wk Sekretaris        : Azmi Nur Latifah
Bendahara              : Dede Mardiah
Wk Bendahara       : Dede Supriatna

Majelis Syiar :
📌 M Abdurrohman
📌 Galih Aditya Satya

Majelis Keterampilan :
📌 M Fahri Husaeni
📌 Aldi Supriadi

Majelis Mushola :
📌 Muhammad Kamaludin
📌 Almi Aulia

Majelis Humas :
📌 M Abiyyah
📌 Rani Rahayu

Majelis Kewirausahaan :
📌 Ros Iswati Nuraeni
📌 Rifa Abhista

Majelis Mading :
📌 Nia Yuliana
📌 Siti Zahra

Hakikat Ber-Qurban


Berqurban merupakan bagian dari Syariat Islam yang sudah ada semenjak manusia ada. Ketika putra-putra nabi Adam AS diperintahkan berqurban. Maka Allah SWT menerima qurban yang baik dan diiringi ketakwaan dan menolak qurban yang buruk. Allah SWT berfirman :

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ


“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa” (QS Al-Maaidah 27).


Qurban lain yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah qurban keluarga Ibrahim AS, saat beliau diperintahkan Allah SWT untuk mengurbankan anaknya, Ismail AS. Disebutkan dalam surat As-Shaaffaat 102: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Kemudian qurban ditetapkan oleh Rasulullah SAW sebagai bagian dari Syariah Islam, syiar dan ibadah kepada Allah SWT sebagai rasa syukur atas nikmat kehidupan.

Disyariatkannya qurban sebagai simbol pengorbanan hamba kepada Allah SWT, bentuk ketaatan kepada-Nya dan rasa syukur atas nikmat kehidupan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya.
Berqurban merupakan ibadah yang paling dicintai Allah SWT di hari Nahr, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dari ‘Aisyah RA. bahwa Nabi SAW bersabda:

“Tidaklah anak Adam beramal di hari Nahr yang paling dicintai Allah melebihi menumpahkan darah (berqurban). Qurban itu akan datang di hari Kiamat dengan tanduk, bulu dan kukunya. Dan sesungguhnya darah akan cepat sampai di suatu tempat sebelum darah tersebut menetes ke bumi. Maka perbaikilah jiwa dengan berqurban”.

Bagi seorang muslim atau keluarga muslim yang mampu dan memiliki kemudahan, dia sangat dianjurkan untuk berqurban. Jika tidak melakukannya, menurut pendapat Abu Hanifah, ia berdosa. Dan menurut pendapat jumhur ulama dia tidak mendapatkan keutamaan pahala sunnah.

Maka siap kah kita untuk berqurban?


Tunggu jawabannya di acara Qurban Smakzie 2k19, coming soon!!

Follow juga akun medsos kita :
Instagtam : @nurulfata_
Youtube    : Nurul Fata Channel

Menjaga Lisan

Jika lisan adalah dua mata pisau, maka pergunakanlah lisan dengan sebaik-baiknya. Lidah memang diciptakan oleh Allah tidak bertulang, agar manusia dapat berucap dengan sempurna. Akan tetapi sering sekali orang bilang “lidah memang tidak bertulang, wajar saja jika berbohong” Jika memang seperti itu adanya, bagaimana jika Allah menciptakan lidah dengan bertulang agar manusia tidak lagi berdusta? Lisan merupakan karunia yang sangat 'mahal' dan vital bagi manusia. Tanpa lisan, barangkali hidup bagi manusia tiada artinya. Dengan lisan, manusia dapat mengenal rasa dan dapat berbicara dengan sesama.Dengan lisan pula manusia dapat berkomunikasi tanpa mengalami kesusahan.

Selain itu, manusia bisa juga mulia dengan lisannya tersebut. Begitupun sebaliknya, manusia bisa hina karena lisannya. Hina, karena tidak bisa menggunakannya sesuai kehendak dan aturan-aturan yang ditetapkan penciptanya.

Banyak sekali hadits Rasulullah SAW. yang menganjurkan kita untuk selalu menjaga lisan. Bahkan Rasulullah juga sering mengecam orang yang tidak pandai menjaga lisannya.

Rasulullah pernah berpesan: ”Barang siapa yang diam (tidak banyak bicara) maka dia akan selamat” (H.R. At-Tarmizi).

Dalam hadits lain disebutkan, Al-Ma’shum Saw. juga pernah berwasiat: “Barang siapa yang bisa menjamin (keselamatan) antara dua rahangnya (lisan) dan dua kakinya (faraj) maka aku menjamin baginya surga” (H.R. Bukhari).
Lisan ibarat pisau bermata dua, bila digunakan pada hal-hal yang baik maka akan mendatangkan kemaslahatan (kebaikan). Namun sebaliknya, bila digunakan pada hal-hal yang buruk, kemudhratan pun akan mengiringinya.

Cara Menghadirkan Hati Saat Sholat

Salah satu istilah Imam al-Ghazali dalam menyebut salat yang khusyuk adalah menghadirkan hati. Sebagian orang ada yang jasadnya rukuk dan sujud, namun hatinya entah berpaling ke arah mana. Sebagian juga ada yang tepat waktu menunaikan salat, namun juga meneruskan maksiat.


Gambaran seperti itulah yang menandakan tidak hadirnya hati ketika melaksanakan ibadah salat, dan salat seperti itu yang sering dikatakan dengan salat yang tidak khusyuk. Padahal Allah menegaskan jika orang yang bisa khusyu dalam salatnya lah yang termasuk orang mukmin yang beruntung. Dalam QS Al Mu’minun [23]: 1-2 disebutkan,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalat mereka.”

Untuk bisa menghadirkan hati saat salat memang tidak mudah, namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melatih hati kita agar hati bisa hadir saat salat. Salah satunya adalah membayangkan orang saleh hadir saat melaksanakan salat. Jika salat terbayang akan sosoknya yang saleh dan bijaksana, maka setidaknya hati pelan-pelan hadir dalam saat. Sama hal nya dengan membayangkan Rasulullah hadir saat pembacaan “mahallul qiyam”. Yang demikian hanya sebuah cara untuk menghadirkan segenap hati dengan bantuan visual, sebab kita belum bisa sepenuhya mengenang keagungan Allah. Imam Ghazali menjelaskannya dalam Bidayatul Hidayah:

فإن لم يحظر قلبك ولم تسكن جوارحك لقصور معرفتك بجلال الله تعالى فقدر أن رجلا صالحا من وجوه أهل بيتك ينظر إليك ليعلم كيف صلاتك

Jika hatimu tidak hadir dan anggota badanmu tidak tenang, maka hal itu disebabkan engkau tidak betul-betul mengenang keagungan-Nya. Maka bayangkanlah jika ada seorang soleh diantara keluargamu yang melihatmu ketika engkau salat

Keterangan di atas hanya sebuah solusi bagi segenap orang yang belum bisa menghadirkan hati saat menunaikan salat.  Kondisi seperti itu yang membuat salatnya tidak khusyuk. Namun jika cukup mengenang keagungan Allah bisa menghadirkan hati dan khusyuk salatnya, maka tidak perlu menbayangkan seseorang yang saleh itu sedang mengawasi. Sebab jika jiwa dan raganya sudah sepenuhnya menghadap Allah, maka ia mengerti untuk apa salat itu. Dan hatinya pun turut hadir dan khusyuk dalam salatnya. Semoga bermanfaat. ^_^

Sumber : BincangSyariah.Com
Editor : @salsabilanf.3